Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

#7 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN

Teknik Pomodoro 

Jika dalam sehari kita menyiapkan waktu selama 1 jam khusus untuk menulis, apakah dg menulis terus-menerus selama 1 jam itu kita bisa produktif? Belum tentu. 

Kadang kita boros dalam menggunakan energi dan waktu. Persoalannya sederhana, ternyata karena kita salah dalam bertindak. Misalnya, kita mengerjakan suatu pekerjaan secara terus-menerus. Tetapi mengapa hasilnya tidak maksimal? Kita merasa sudah bekerja dengan sangat keras di waktu yang panjang, tetapi mengapa tugas-tugas itu tidak kunjung selesai. Jika pun selesai, hasilnya ternyata tidak memuaskan.   

Ternyata untuk memproduktifkan waktu, tidak cukup dengan mengisinya dengan aktivitas yang padat. Tapi yg perlu kita tahu adalah teknik dalam mengisi waktu tersebut.

Mungkin kita pernah mendengar teknik Pomodoro. Apa itu? Yakni manajemen waktu dimana kita beristirahat sejenak setiap bekerja 25 menit.  

Berdasarkan teknik Pomodoro ini, jika kita bekerja dalam waktu satu jam, maka lebih baik kita bekerja lima puluh menit dan menyisihkan 10 menit untuk beristirahat daripada bekerja 60 menit tanpa istirahat. Itu pun kita harus membaginya menjadi dua, yaitu setiap 25 menit kita beristirahat satu kali. Hasilnya ternyata lebih maksimal dibandingkan mengisinya full tanpa istirahat sedikit pun.  

Itu cara yang kerap saya praktikkan saat sedang menulis. Tiap 25 menit sampai setengah jam, istirahat sejenak. Saya selingi dengan cek WA, buka Youtube, cek media sosial, dll. Ibaratnya kita sedang memberi hadiah pada diri sendiri setelah bekerja selama 25 menit. 

Tapi jangan keterusan. Paksakan diri untuk konsisten. Kalo sudah istirahat 5 menit, segera kembali ke naskah. Lanjut nulis lagi.

Menulis Itu Harus Fokus 

Saat berjumpa dg kang Abik (Habiburrahman el-Shirazy), beliau bercerita, saat beliau hendak menyelesaikan sebuah novel, beliau lebih banyak tinggal di rumah Depok. Bukan di rumah beliau yg ada di Semarang.  Beliau menyepi sejenak dari keluarga beliau. Beliau menjauh sejenak dari rutinitas yg membuat beliau tidak fokus menulis.

Penulis sekelas kang Abik saja masih butuh menghindar dari beragam hal yg mengganggu fokus, apalagi kita yg masih butuh banyak belajar.

Kita butuh mengatur skala prioritas lalu fokus pada pekerjaan yang butuh untuk segera diselesaikan. Lalu bagaimana agar kita bisa fokus pada satu pekerjaan? 

Pertama, block semua aktivitas yang mengganggu. Tutup media sosial, kalau perlu singkirkan smartphone sehingga kita tidak bisa melihat layarnya. Karena layar hp selalu menggoda untuk dibuka. Matikan notifikasi email, telegram, line, whatsapp, Facebook, IG, dan beragam media untuk sementara waktu. 

Kedua, jika ada ide lain masuk, ukur prioritasnya. Jika tidak lebih mudah, atau bahan menulisnya masih kurang banyak, maka tundalah. Taruh untuk dikerjakan nanti. Giliran. Kita yang paling bertanggungjawab untuk menjaga apa yang sudah kita rencanakan.  

Ketiga, jangan mudah mengatakan “iya” pada semua orang. Menjadi orang yang sangat dibutuhkan oleh orang lain tentu sangat menyenangkan. Karena merasa bahwa hidup kita sangat bermanfaat. Kita dianggap ada di lingkungan kita. Tapi kadang pertolongan kita yang terlalu sering kepada orang lain justru berdampak negatif bagi diri kita maupun orang yang kita tolong. Saking mudahnya kita mengiyakan permintaan dari orang lain, bisa jadi ia menjadi orang yang manja, karena mengandalkan pertolongan kita dalam hidupnya.  

Misal, ketika tahu saya penulis buku, seringkali saya dimintai tolong oleh banyak orang untuk membantu menulis, mengajak bekerjasama, diminta tolong untuk sharing, bahkan ada yang meminta bantu menulis, dengan fee yang menurut saya menggiurkan. Kalau pas tidak ada target lain, oke. Tapi jika saya sedang memiliki target lain yang harus segera diwujudkan, saya tidak segan-segan untuk mengatakan tidak. Karena yang paling penting bagi kita adalah bisa fokus mengerjakan sesuatu yang sudah saya targetkan. Karena jika kita terlalu mudah mengatakan iya, target kita tidak akan pernah selesai. Dengan berani mengatakan tidak, kita akan fokus pada yang benar-benar penting bagi hidup kita.

Tekad yang Kuat 

Berkali-kali saya mengatakan bahwa menulis isi buku itu butuh sabar. Stok kesabaran kita sangat dikuras di tahap ini. Sebab waktu yg kita habiskan tidak singkat. Menyelesaikan satu buku kita harus siap menyita waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Tanpa semangat yg terjaga, saya yakin kita akan menyerah sebelum finish.

Maka kemarin saat mengisi seminar kepenulisan di Mojokerto, saya memulai dg sebuah kisah tentang dua tokoh besar, 

1. Imam al-Ghazali
2. Ahmad al-Ghazali.

Sebagian besar kita mengenal nama yg pertama, yakni Imam al-Ghazali, tetapi tidak familier dg nama kedua  Ahmad al-Ghazali. 

Padahal Ahmad al-Ghozali adalah adik kandung Imam al-Ghazali yg sebagian besar ulama' mengakui beliau lebih sufi dibandingkan kakaknya, Imam al-Ghazali. 

Tetapi mengapa nama Ahmad al-Ghazali justru tidak begitu dikenal? Alasannya adalah, karena Imam al-Ghozali menulis banyak kitab. Sementara Ahmad al-Ghozali, tidak.

Maka dg tulisan kita bisa meninggalkan warisan yg abadi. Kita bisa mengajar tanpa bertemu orangnya langsung. Itulah sebabnya para pemikir, para ulama', dahulu sangat bersemangat dalam menulis sebanyak mungkin kitab. Karena mereka menyadari hidup mereka tak lama. Sementara  ilmu yg ada di kepala mereka masih banyak yg belum diajarkan. Maka cara untuk membuat semua ilmu itu terwaris, jalan satu2nya ya dg menulis.

Misal, Ibnu Aqil, ulama' yh menulis sebuah kitab besar berjudul Al-Funun yang terdiri dari 800 jilid. Bisa Anda bayangka kitab tediri dari 800 jilid. Banyak yg bertanya, bagaimana beliau bisa seproduktif itu? 

Salah satu rahasianya adalah tekad beliau yg kuat dalam menggunakan waktu yang dimiliki. Saking takutnya waktunya habis tiada guna, beliau memiliki cara makan yang tak biasa dengan orang pada umumnya. Beliau menuangkan air pada makanannya sehingga menjadi bubur dan beliau makan dengan cepat-cepat. Hal itu dilakukan untuk menghemat waktu, sehingga beliau memiliki kesempatan lebih banyak untuk menulis buku. 

Membaca kisah beliau, jujur saja saya kesindir banget. Para ulama’ dan tokoh2 besar sangat hati2 menghabiskan waktunya. Bahkan untuk makan (yg merupakan kebutuhan pokok) saja dibatasi sedemikian rupa demi bisa banyak berkarya. Betapa malunya kita di zaman ini yang sudah sangat terbiasa menghabiskan waktu hanya untuk mencari tempat makan yang nikmat, berwisata kuliner, keliling-keliling hanya demi menikmati makanan yang lezat. Padahal bagi orang-orang besar, makan, tidur, dan istirahat hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh agar bisa kuat saat beribadah kepada Allah. 

Saat ini informasi berlimpah. Fasilitas sudah sedemikian canggihnya. Lantas selain karena malas, apa yg menghalangi kita untuk produktif menulis?

Betapa malunya kita pada ulama masa lampau yg untuk belajar dan menggali informasi menempuh jarak ratusan km, yg untuk menulis hanya berfasilitas pena dan tinta, tetapi mampu menghasilkan berjilid-jilid kitab yg terwaris dalam sejarah. Sementara kita?

Kini sarana menimba ilmu ada di mana-mana, informasi ada berlimpah, seminar, kajian, dan majelis-majelis ilmu ada di mana-mana. Untuk menulis pun terfasilitasi dg sangat nyaman. Di laptop, di tablet, di hp, semua bisa jadi sarana menulis. Lalu apa lagi yg bikin kita gak produktif? 

Maka, asal kita ada kemauan untuk produktif, insyaallah tiap waktu luang akan kita manfaatkan untuk nulis. Produktivitas bukan terkait dengan fasilitas atau kesibukan kita. Ia lebih tergantung pada tekad, niat  dan kemauan kita untuk selalu menulis.

(Ahmad Rifa'i Rif'an, Griya Menulis Indonesia)
_______________________
SERI LENGKAP MATERI KEPENULISAN AHMAD RIFA'I RIF'AN
#1 MATERI KEPENULISAN AHMAD RIFA'I RIF'AN
#2 TEKNIK MENEMUKAN DAN MENENTUKAN IDE - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#3 RISET SEBELUM MENULIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#4 TIPS MEMBUAT OUTLINE - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#5 DRAFTING DAN WRITING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#6 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#7 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#8 TRIK MENYUSUN DAFTAR ISI YANG MENARIK - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#9 TAHAP EDITING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#10 TAHAP PUBLISHING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#11 BUKU BAGUS BELUM TENTU LARIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#12 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#13 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#14 MENULIS BUKU DALAM 10 HARI - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#15 Q & A TENTANG KEPENULISAN - AHMAD RIFA'I RIF'AN
Semoga Bermanfaat :)

Post a Comment for "#7 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN"