Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

#15 Q & A TENTANG KEPENULISAN - AHMAD RIFA'I RIF'AN

1. Arbi Maulana: Mas, apakah menulis dengan cara setoran tulisan secara rutin itu baik melatih saya menulis? Karena saya tipe orang yg susah kalo tidak dipaksa. 

Salah satu cara untuk membuat kita terpaksa nulis, bisa dg cara itu.Bahkan saya dulu sempet ikutan grup menulis yg mewajibkan pesertanya setor rutin tulisan, kalo gak setor, akan dikeluarkan dari grup. Ternyata itu efektif sekali.

Sistem setoran bisa menjadi sarana latihan menulis yang baik. Sebagaimana seorang yang menghafal al-Qur'an. Mereka setoran rutin tentang hafalannya sampai 30 juz. Setelah itu diulang (muraja'ah) secara rutin agar hafalan itu bisa terjaga.

Begitu juga dengan menulis. Menulis itu keterampilan yang semakin sering dilakukan, maka semakin tajam keterampilan menulis kita. Dean Coontz, ketika menulis pengantar untuk buku Tales of the Impossible , mengungkapkan, "Semakin sering orang menulis dan semakin sering pula orang memikirkan tulisannya, semakin bagus jugalah karyanya." Maka jangan pernah lelah berlatih.

2. Vita: Bagaimana caranya nulis biar tidak disebut plagiat, misal saya ingin menulis satu tema,  kemudian baca buku untuk nyari referensi, lalu saya tulis sesuai dengan isi buku hanya kosa katanya saja yg diubah,  dan buku yg saya baca tsb saya cantumkan di daftar pustaka,  apakah seperti itu sudah benar mas? 

Ada beberapa bentuk plagiarisme. Pertama, plagiat kata per kata ( word to word plagiarism ). Jadi kita menggunakan kata-kata dari penulis lain secara persis (copy paste) tanpa menyebutkan sumbernya.

Tetapi ada juga bentuk pragiat yg lain, yaitu melakukan parafrase, kita mengubah kalimat orang lain ke dalam susunan kalimat sendiri tanpa mengubah idenya dan tanpa menyebutkan sumbernya.

Nah, ini yg saya khawatirkan terjadi pada mbak Vita yg hanya mengubah kosa katanya saja, tetapi idenya sama persis dg penulis aslinya.

Cara yg menurut saya relatif aman saat mencari referensi adalah:

1. Baca referensi secara menyeluruh, beberapa halaman sekaligus, jangan sepotong-sepotong.

2. Tutup referensi itu, lalu segera tulis dengan redaksi kita sendiri

3. Berikan penjelasan, penilaian, dan interpretasi atas tulisan yg sudah kta baca, itu adalah pendapat orisinil kita.

4. Jika memang dirasa perlu mengutip sebuah kalimat dg persis untuk memperkuat argumentasi, jangan enggan menyebutkan sumbernya.

3. Rofah: Bagaimana cara menyesuaikan antara tulisan kita dengan target pembaca? 

Dengan riset. Tentukan kita mau nulis tentang apa. Lalu kita survey, kira-kira siapa yang butuh tulisan dengan tema tersebut. Rentang usia berapa, latar pendidikan apa, profesinya apa, termasuk kapan waktu terbaik untuk menerbitkannya, dan seterusnya. Riset inilah yg membuat target pembaca kita sangat jelas.

Misal, kemarin (Kamis, 27 Feb 2020) saya posting di status WA dan IG saya sebuah cover buku berwarna ungu. Judulnya "Kamu Nggak Harus
Nyenengin Hati Semua Orang". Ternyata responnya luar biasa.

Naskah buku tersebut sebenarnya sudah saya selesaikan, hanya menunggu momentum terbaik untuk terbit. Begitu tahu responnya tinggi, segera saya sampaikan ke penerbit, "Segera cetak." Minggu depan insyaallah sudah tersedia di gudang penerbit.

4. Tanti Ramadanti: waktu yang paling tepat kita menulis itu kapan? Terus apakah ada tempat yang tepat? 

Kalau ini relatif. Masing-masing orang punya tempat dan waktu yang sesuai bagi dirinya sendiri. Misal, saya bisa menulis di tempat seramai apapun. Itulah sebabnya saat di kafe atau warung kopi, saya bisa fokus di depan laptop saya tanpa merasa terganggu dengan keramaian sekitar.

Tetapi ada penulis yg butuh menyepi, harus sendiri. Bahkan Kang Abik, novelis yg karya-karyanya luar biasa itu pun pernah bercerita pada saya bahwa saat hendak fokus menulis novel tertentu, beliau butuh menyepi ke rumah beliau yg di Depok. Kalo udah selesai, baru pulang ke keluarganya di rumah Semarang.

Begitu pun waktu menulis. Cari waktu yg bisa kita luangkan untuk menulis panjang. Kalau mahasiswa, tentu saat tidak ada kuliah dan tugas, jadi waktunya tidak tentu. Kalau pegawai, cari waktu istirahat atau saat luang di rumah. Kalau pengusaha beda lagi, bisa kapan saja. Kalau saya, lebih banyak sebelum Shubuh atau usai nganter anak-anak ke sekolah. Misal, saya menulis ini sekitar 30 menit sebelum Shubuh.

5. Siti Nurhalimah: Untuk kelengkapan naskah yang akan dikirimkan ke penerbit mayor terdiri dari apa saja mas? Dan format tersebut dijadikan dalam satu file atau di buat folder lain mas? Terimakasih 

Masing2 penerbit punya ketentuan yg tidak harus sama. Maka cari akun atau website penerbit. Lihat ketentuannya dan ikuti syaratnya. Misal, untuk penerbit Quanta, minimal 120 halaman, font times new roman, ukuran 12, spasi 1,5. Lengkapi naskah dg Kata pengantar, daftar isi, daftar pustaka, dan profil penulis.

Kalau bisa jadikan 1 dg naskah. Ini untuk memudahkan editor dalam mereview. Jadi sekali download sudah bisa membaca naskah kita secara lengkap. Tidak terpecah-pecah.


6. Robi: Apakah boleh kita mengambil referensi dari google? 

Referensi adalah rujukan yang kita ambil dari sumber lain, bisa dari buku, majalah, website, atau sosial media. Ketika kita menjadikan karya orang lain sebagai referensi dari karya kita, maka sebenarnya kita sedang meminjam kalimat atau pendapatnya. Sehingga perlu adanya etika dalam peminjaman kalimat tersebut.

Apakah boleh kita mengutip dari internet? Tentu saja boleh, asalkan cara pengutipannya sesuai aturan yang berlaku.

1. Jika mengutip dari internet langsung tanpa perubahan, maka cara penulisannya bisa dengan beberapa cara. Bisa ditulis lengkap kutipannya, lalu di belakangnya baru ditulis nama penulis, tahun terbit tulisan tersebut, alamat situs internet, dan tanggal kita mengaksesnya.

2. Jika kita menuliskannya dengan kalimat kita sendiri, cukup dicantumkan di daftar pustaka. Tapi pastikan, sumber yang kita kutip itu valid. Lebih etis lagi jika memungkinkan, izin ke penulis atau pemilik website/blognya.

Tapi pastikan, sumber yang kita kutip itu valid. Sebab sekarang ada  begitu banyak tulisan yang tidak berdasar kuat yang dimasukkan ke dalam website atau blog. Setiap orang sekarang bisa menulis dan memposting apa saja di website atau blog mereka. Kadang tanpa filter.

Maka kita sebagai penulis baiknya teliti dan hati-hati dalam mengambil referensi. Cek dan ricek berkali-kali. Kalau tidak yakin tentang validitas tulisan itu, lebih baik cari sumber lain yang lebih jelas.


7. Siti Fatonah: Bagaimana cara agar kita tetap Istiqomah dalam menulis dan tidak bermalas- malasan dalam menyelesaikan karya tulis? Bagaimana cara menyikapi kritik-kritikan pembaca tentang tulisan yang kita buat 

Pastikan kita memiliki motivasi kuat dalam menulis. Saat motivasi kita kuat, maka kita akan berusaha memaksimalkan waktu yang ada untuk menulis, sesempit apapun waktu kita. Ikuti komunitas nulis yang mewajibkan anggotanya rutin menulis. Desain cover yang tertulis namamu, letakkan di tempat yang selalu kita lihat. Pamerkan pada sebanyak mungkin orang bahwa kita akan menerbitkan buku. Mulai dari yang ringan, dari yang kita sukai, dari pengalaman, dari yang kita
pelajari. Jadikan kritikan sebagai sarana untuk belajar dan memperbaiki karya.


8. Irfan: Bagaimana caranya menjadikan karya ilmiah yang kita buat (semisal makalah, skripsi, atau tesis) menjadi sebuah buku populer yg menarik dan gampang dicerna semua kalangan? 

Pertama, rombak struktur naskah kita. Tulisan ilmiah kan biasanya ada latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka, dst, ubah sekarang layaknya pembagian bab-bab buku nonfiksi populer.

Kedua, karya tulis ilmiah kebanyakan dimulai dengan paragraf definisi atau fenomena. Sekarang rombak, gantilah dengan aneka lead ala buku nonfiksi yang kamu tahu. Bahkan jangan ragu memulai dengan kalimat2 yang paling ngena dari naskah kita.

Ketiga, jangan ragu membuang paragraf-paragraf membosankan seperti kutipan referensi yang terlalu banyak. Hapus semua catatan kaki yang bikin gak nyaman di mata.

Keempat, kalimat-kalimat yang terkesan kaku dan sok pintar ala buku ilmiah ganti dengan narasi kisah yang menarik dan relevan. Atau model kalimat diskusi atau kalimat tanya yang kita jawab sendiri.

Itu sebagian trik agar karya ilmiah kita jadi buku populer.

9. Aris: Adakah cara supaya  tetap pede dalam menulis dan menerbitkan karya kita? Jujur saya minder dengan karya saya, takut jelek dan merasa ilmu masih cetek. 

Yang menilai tulisan kita bagus atau gak itu pembaca. Jadi jangan takut dengan penilaian orang lain. Jadikan kritikan sebagai media perbaikan.

Kalo tetap tidak pede dan susah banget ngatasinnya, pake nama pena dulu. Sehingga kita tidak terbelenggu dalam berkarya. Kita bisa nulis tanpa takut dikritik dll. Karena gak ada yang tahu kalo yang nulis adalah kita.

Untuk masalah minder dengan ilmu dan wawasan yang kita punya, rasanya wajar ya. Apalagi kalau kita selalu membandingkan dengan orang lain. Namun menurut saya, yang penting kita menulis dengan niat berbagi. Berbagi yang kita tahu, yang kita alami, yang kita pahami, yang kita rasakan. Kita bukan sedang menggurui pembaca. Kita sedang sama-sama belajar dengan para pembaca. Bedanya, kita belajar sambil berbagi dengan menulis. Itu saja.

10. Cicik: Mas, gimana kalo buku yg mau kita tulis ternyata tema beserta isinya kebetulan ada kemiripan dengan karya orang lain? 

Apapun tema yg mau kita tulis, pasti sebelumnya sudah ada orang lain yg menuliskannya. Sangat sedikit karya yg benar2 pure baru. Selama kita tidak menjiplak, jangan takut tulisan kita sama dengan orang lain. Karena pasti tidak akan sama kok. Misal nih, ada dua orang diminta membahas topik yang sama, maka pasti cara mereka membahas akan berbeda. Karena tiap orang punya kekhasan dalam berbahasa. Tidak akan sama persis. Baik cara penyampaiannya, susunan kalimatnya, serta sense berbahasanya, pasti beda kok. Asal satu yang harus kita pegang betul, jangan sampai menjiplak karya orang lain. Karena dampaknya luar biasa nantinya. Kalau pun terpaksa mengutip, jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya. Tapi kalau kita ngarang sendiri, ya udah, jangan takut kalimat yang kita tulis itu sama. Karena tidak mungkin pernah sama persis.

(Ahmad Rifa'i Rif'an, Griya Menulis Indonesia)

_______________________
SERI LENGKAP MATERI KEPENULISAN AHMAD RIFA'I RIF'AN
#1 MATERI KEPENULISAN AHMAD RIFA'I RIF'AN
#2 TEKNIK MENEMUKAN DAN MENENTUKAN IDE - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#3 RISET SEBELUM MENULIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#4 TIPS MEMBUAT OUTLINE - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#5 DRAFTING DAN WRITING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#6 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#7 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#8 TRIK MENYUSUN DAFTAR ISI YANG MENARIK - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#9 TAHAP EDITING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#10 TAHAP PUBLISHING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#11 BUKU BAGUS BELUM TENTU LARIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#12 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#13 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#14 MENULIS BUKU DALAM 10 HARI - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#15 Q & A TENTANG KEPENULISAN - AHMAD RIFA'I RIF'AN
Semoga Bermanfaat :)

Post a Comment for "#15 Q & A TENTANG KEPENULISAN - AHMAD RIFA'I RIF'AN"