#12 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? - AHMAD RIFA'I RIF'AN

Saya sering ditanya, "Mas, mengapa kok beberapa bukunya diterbitkan sendiri lewat jalur indie, padahal mas Rifai kirim naskah ke penerbit mayor sudah bisa dipastikan diterima. Kenapa masih nerbitkan sebagian bukunya di penerbit sendiri?"

Baik, kali ini saya akan bahas hal ini. Asal tahu saja, ketika saya yakin dengan potensi pasar dari buku yg saya tulis, saya justru enggan memberikannya ke penerbit lain. Mengapa? Karena nerbitin buku sendiri lebih menguntungkan. Jadi kalo yakin banget bisa jual dengan jumlah besar, mending terbitin sendiri. Kalo di penerbit besar dapat 10% dari harga jual buku, kalo nerbitin sendiri bisa sampe 50-75%. Yg 25% untuk biaya cetak.

Misal, buku kita harganya 100rb, diterbitkan penerbit mayor, sebulan laku 1000. Maka kita dapet royalti 10juta.

Kalo diterbitkan sendiri, per buku ambil untung 50rb saja, untuk dapet 10jt per bulan kita cukup jual 200 buku saja. Tidak perlu sampe ribuan. Seperlima dari penjualan penerbit mayor. Itu dari sisi bisnis.

Keuntungan lainnya kita bisa leluasa berekspresi dengan karya kita. Tidak ada batasan tebal halaman, tidak ada tekanan editor, desain cover sperti apa, layout, dan sebagainya kita bebas sesuai keinginan. Dan itu kadang gak mudah dilakukan jika melalui penerbit mayor.

Itulah sebabnya kemarin saat saya tahu potensi buku "Kamu Gak Harus Nyenengin Hati Semua Orang" luar biasa, saya memutuskan untuk menerbitkannya sendiri.

Dan beneran, setelah dibuka PO nya, kami terkejut bukan main. Penjualan dalam seminggu masa pre order mengalahkan penjualan buku saya di toko buku berbulan-bulan. Padahal hanya memanfaatkan media sosial.

Gimana caranya? Pertemuan berikutnya insyaallah akan saya bongkar proses kreatifnya, dari ide mentah, sampai penjualan sehingga bisa begitu masif.