Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

#2 CATATAN HARIAN CPM XX - Bersahabat dengan Ketakutan

Kelompok 6 Pelatfis, dari kiri (Nunu, Debi, Uwi, Siddiq, Arinta, Rista, Wira, Sati)
Ini adalah pekan pertamaku menjalani pelatihan intensif Calon Pengajar Muda Angkatan XX. Pelatihan ini diadakan di Allianz Ecopark tepatnya di Learning Farm Ancol, Jakarta Utara. Menghirup  oksigen yang original, menatap hijau dedaunan rindang, adalah hal yang sangat menyenangkan ditengah kota metropolitan.

Selama pelatihan, kegiatan didesain dengan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa atau yang lebih dikenal dengan andragogi. Orang dewasa belajar dengan kesadaran dirinya sendiri, atas dasar kebutuhan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Pelatihan yang menyenangkan, tidak ada teriakan juga hentakan apalagi pukulan. Yang meneriaki dan yang membentaki, adalah diri sendiri. Bagian dari pembelajaran hebat agar diri mempunyai kemampuan untuk mendidik diri sendiri.

Sedikit panik akan keterlambatan beberapa menit, aku bersama kesembilan temanku meluncur kelokasi pelatihan dengan ojek online. Diinformasikan jika tiba dilokasi Ancol selepas jam 11 maka biaya masuk ditanggung masing-masing. Waduh.., bukan masalah bayarnya si, tapi teknis masuk dan letak lokasinya yang belum paham itu yang menyebab kebingungan.

Atas pertolongan Allah, aku bersama temanku sampai digerbang Barat Ancol dengan ketidakterlambatan. Ancol, terakhir ketempat ini jaman SMA, itupun entah dibagian mananya. Banyak betul jalan bercabang kesana kemari. Untungnya petunjuk arah yang terpasang disini cukup jelas hingga dapat menuntun kami kemana lokasi pembukaan pelatihan intensif itu dimulai.

Pintu yang kami masuki kurang tepat, kurang maju sedikit, tapi tak apa, aku dan temanku turun saja. Lewat pintu belakang bertegur sapa dengan bapak pekebun yang mengurusi sayur dan tanaman disana. Benar katanya, ini Learning Farm Allianz Ecopark Ancol.

Sudah berjejer mereka entah siapa dan sedang apa, aku dan temanku diarahkan untuk masuk dari arah yang benar. Disana semua tas dan perlengkapan yang kami bawa disterilkan dengan disinfektan. 

Momen berkesan pekan ini adalah sesi pelatihan fisik dan mental selama 2 hari satu malam dibumi perkemahan lereng gunung di Bogor. Untuk sampai ke area perkemahan harus berjalan dulu sekitar dua jam. Ini pengalaman pertamaku, jalan menggukan pakaian lapangan warna hijau armi lengkap dengan topinya, tas keril, dan perlengkapan camping lainnya.

Kalau minum teh sering, tapi kalau lihat kebun teh secara langsung momen ini kali pertamanya. Kebun teh hijau terhampar, berbukit-bukit. Pesona alam Indonesia yang layak untuk kusyukuri. Berada ditengah kabut pagi sudah pernah. Tapi berada dikabut sepanjang hari, ini pengalaman pertama juga. Dingin jangan ditanya, berapa derajat tepatnya sayangnya aku belum bisa mengira-ngira.

Pelatihan ini dimaksudkan untuk membangun rasa kebersamaan diantara peserta CPM XX. Berbagi cerita disepanjang perjalanan, lelah letih tak lagi dirasa karena selalu ada mulut yang bilang "Ayo, semangat", karena ada tangan yang yang siap memapah saat terjatuh. Mereka saling memberi semangat dalam kondisi sebenernya ia juga butuh disemangati.

Pelatihan fisik yang terbayang penuh dengan teriakan dan hukuman tidak terjadi di sesi itu. Lagi-lagi kami diperlakukan seperti orang dewasa. Ancaman terbesarnya buka apa-apa, dan bukan siapa-siapa, tapi diri sendiri. Bagaimana mengelola rasa dan jiwa.

Kelompokku berhasil memecahkan semua game yang diberikan oleh kakak-kakak dari Wanadri. Wanadri adalah komunitas yang bergerak didunia pergunungan. Kabarnya sudah sejak lama bekerja sama dengan Indonesia Mengajar dalam mendampingi pelatihan fisik dan mental maupun survival dijelang akhir pelatihan. Memang kami diajarkan hasil tidak berarti apa-apa jika dibandingkan proses. Tapi jika proses dari hasil yang baik tentu juga mengandung pelajaran bukan. Berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan ambisius. Dua hal yang berangkat dari sisi yang berbeda.

Ada banyak rasa takut, takut tidak diterima oleh tim pelatihan, takut untuk tidak diakui oleh teman-teman, takut tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, takut jiwa dan raga tidak baik-baik saja, dan banyak rasa takut lainnya yang tidak terdefinisikan. Perlahan rasa itu hilang seiring pemahaman dan kenyamanan yang aku dapatkan dilokasi pelatihan.

Dengan penuh kejujuran saya belum merasa hadir penuh secara utuh dipelatihan intensif CPM XX dipekan pertama. Katanya itu biasa. Namun demikian, satu pekan ada banyak hikmah tersurat maupun tersirat yang kudapat, semoga bisa kuamalkan juga. Tunggu catatan harian CPM XX ku selanjutnya ya.



Post a Comment for "#2 CATATAN HARIAN CPM XX - Bersahabat dengan Ketakutan"