Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TRIK MENYUSUN CURRICULUM VITAE


Salam semangat! Kali ini aku mau berbagi tentang materi yang super keren dari WhatsApp Sharingnya GoGoCourse. Tenang aja materi ini halal kok buat temen-temen konsumsi karena sudah mendapatkan ijin tentunya. Dan semoga semakin banyak orang yang membaca tulisan ini makin banyak juga pahala kebaikan yang team GoGoCourse dapatkan. Kalau menurutmu tulisan ini bermanfaat, jangan lupa share. Agar MLP (Multi Level Pahala) ini terus mengalir.

WhatsApp Sharing: Trik Menyusun CV (dan beragam kesalahan penyusunan CV) ini di sampaikan oleh Candra Gani. Beliau seorang yang berpengalaman me-review +100 CV siswa GoGoCourse yang telah diterima bekerja/studi S2 dalam & luar negeri. Acara ini dipandu oleh Mbak Anggi. Oke langsung saja berikut ulasannya:

CV itu? dan seberapa penting untuk memiliki CV yang baik?

Jadi gini kak, ibarat film, CV ini adalah teasernya. Jadi bagaimana caranya, kita bisa punya teaser yang baik, yang bisa kasih bocoran tentang betapa kerennya kapasitas yang kita punya dalam satu atau dua lembar CV.

Siapa yang harus kita tarik perhatiannya? Bisa jadi itu adalah (1) HRD sebuah kantor di perusahaan yang kita inginkan untuk bekerja disana, (2) Admission dari kampus yang kita inginkan untuk berkuliah disana, (3) Lembaga donor yang kita harapkan bisa memberikan beasiswa untuk sekolah, dll

Yang membuat tricky, CV ini kan lembarnya terbatas, dan si pembaca CV kan hanya punya waktu yang sangat singkat untuk menyeleksi, jadi bagaimana caranya kita bisa memiliki teknik story telling yang stand out dalam penulisannya, sehingga menarik si pembaca (baik, HRD, admission campus, maupun lembaga donor tadi).

Apa yang dimaksud dengan story telling dalam menulis CV ?


Di kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah brand. Tapi biasanya kita lebih familiar dengan sebuah brand product. Nah, diri kita ini juga sebenernya adalah sebuah brand, hanya pasarnya saja yang beda, yakni pasar sumber daya manusia.

Untuk memasarkan sebuah brand agar laku keras, kita harus punya cerita (story telling) yang unik. Misal, (1) Kita adalah seorang developer handal, yang juga punya kemampuan 8 bahasa asing dan kemampuan memasarkan satu produk digital di pasar Asia Pasifik, atau (2) Kita adalah seorang mahasiswa yang gemar membaca dan menulis, yang kemudian membuka perpustakaan keliling, aktif di dunia pendidikan dan lulus dengan memuaskan dari Fakultas Keguruan.

Setiap orang harus punya cerita yang outstanding dan solid sehingga pasar sumber daya manusia tadi berebut untuk bisa mendapatkan kita sebagai talent yang mereka inginkan.

Sebelum menulis CV, tahap pertama yang harus kita lakukan adalah merenung, melihat kedalam diri kita lagi dan bertanya, jadi brand diri saya apa ya? kelebihan saya apa? saya ingin dikenal dan terlihat unggul dimana? dst. Poin of view ini yang nanti akan kita tuangkan secara teknis ke dalam penulisan sebuah CV supaya CV kita fokus dan informatif.

Kebanyakan CV di luar sana tidak memperhatikan aspek story telling yang outstanding dan solid ini, melainkan, kita terlalu serakah ingin mencantumkan banyak hal. Mulai dari menang lomba basket, lomba menulis, seminar kewirausahaan, dll. Padahal kita ingin melamar untuk posisi design interior, nah… disini kan story tellingnya salah, sehingga CV yang kita buat tidak fokus dan informatif.

Apa saja yang harus kita cantumkan ke dalam CV kita ?.

Good question! sekarang kita bahas komponen atau bagian-bagian dari CV. Secara umum, CV itu terdiri dari beberapa komponen: (1) Personal information, (2) Education, (3) Experience (bisa pengalaman kerja, magang, kesukarelawanan atau organisasi), (4) Skill, (5) Awards, (6) Reference (optional) dan (7) Career Objective (optional).

Sayangnya, diluar sana masih banyak sekali teman-teman yang melakukan kesalahan dalam penulisan masing-masing komponen tersebut dan membuat CV’nya menjadi tidak fokus dan informatif.

1. Personal Information
Kita mulai dari personal information ya. Personal information yang baik itu berisikan nama lengkap, alamat, dan kontak kita. Tujuannya apa? supaya kita bisa dengan mudah dihubungi ketika pihak HRD atau orang yang membaca CV kita ingin mencari kita. Nah ada baiknya juga, kalau CV kita lebih dari 1 halaman, personal information ini kita jadikan header halaman, supaya kalau CV kita tercecer bisa dengan mudah disatukan kembali.

Disini saya sering sekali menemukan banyak kesalahan di penulisan personal information seperti ; (1) Mencantumkan foto. Kita tidak perlu mencantumkan foto kalau tidak ada request khusus, misal ketika kita mendaftar jadi teller bank dan harus mencantumkan foto ya kita cantumkan, atau ingin menjadi model, dll. Namun kalau tidak diminta sebaiknya tidak usah, karena itu akan menyebabkan subjektifitas dan bias penilaian.

Begitu juga dengan tanggal lahir/usia, agama, suku, ras, gender, dll. Hal tersebut dikhawatirkan menyebabkan bias, orang tidak menilai kita dari kapasitas dan pengalaman lagi, namun jadi judgemental. Ah, dia masih muda, kaya’nya ngga bisa deh… ah… dia batak, kaya’nya orangnya ngga ramah deh… dll.

O iya min, sekali lagi, ini saya membahas format CV secara umum ya. KAlau misal nanti ada dari teman-teman yang mendaftar kerja/sekolah yang format CV’nya sudah disediakan oleh lembaga tersebut ya diikuti saja.

2. Education
Untuk education, kita harus siapkan beberapa aktifitas pendidikan yang relevan dengan branding diri yang akan kita ciptakan, baik untuk pendidikan formal maupun informal. Misal kita tulis tiga saja dari riwayat pendidikan yang paling relevan dan ter-update. Nah disini kita juga sebaiknya memberikan poin out, misal kita kuliah di S1 Teknik Komputer UI, kita bisa memberikan poin out seperti berapa IPK kita, apa judul skripsi kita, atau misal selama kuliah kita pernah menerbitkan sebuah jurnal ilmiah, atau mendapatkan beasiswa tertentu, itu bisa kita tuliskan supaya si pembaca CV mendapat gambaran detail tentang kondisi kita ketika kuliah, sekeren apa.

Cara menuliskan riwayat pendidikan non formal juga sama, ditulis yang paling update dan relevan dengan branding diri kita dan dibuatkan poin outnya. Misal pernah mengikuti pelatihan coding yang diadakan oleh Microsoft, lulus dengan predikat outstanding, dll.

Hindari menulis daftar sekolah, dari SD misal, itu terlalu jauh. Lebih baik menulis satu pendidikan akhir namun poin out’nya jelas dan sesuai ketimbang menulis secara general dengan memberikan daftar dimana saja kita sekolah.

O iya… jangan lupa mencantumkan tahun kapan kita menempuh pendidikan tersebut ya teman-teman.

3. Experience


Well, untuk pengalaman ini mencakup berbagai pengalaman yang pernah kita dapatkan, seperti pengalaman kerja, pengalaman organisasi, pengalaman magang, dll. Teman-teman yang sudah bekerja tentu bisa mencantumkan pengalaman kerja sebelumnya, namun teman-teman yang baru fresh grade bisa mencantumkan pengalaman organisasi, magang, atau kesukarelawanan.

Kak, apakah penulisannya digabung ke dalam satu kategori experience saja? untuk ini terserah teman-teman saja. Bisa dipisah, misal kita menulis satu kategori khusus terkait pengalaman bekerja yang diisi dengan 3 pengalaman terakhir, ditambah dengan 1 kategori lagi pengalaman organisasi yang diisi dengan 3 pengalaman organisasi terakhir, atau hanya menuliskan 1 kategori pengalaman secara umum yang isinya campuran. Itu sama saja, sama-sama menunjukkan pengalaman dan kinerja teman-teman, bedanya yang satu paid work dan yang satunya unpaid work, namun kalau pengalamannya banyak dan semuanya ingin di highlight, maka bisa dipisahkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis pengalaman ini adalah: (1) Pilih 3 saja pengalaman yang paling keren, relevan, dan up to date. Jangan terlalu banyak, karena si pembaca CV justru akan bingung dan tidak bisa menangkap inti pengalaman tema-teman karena kebanyakan. (2) Berikan poin out seperti contoh di PPT, dijelaskan prestasi teman-teman di pengalaman tersebut. Misal berhasil membesarkan sebuah start up dari valuasi 100.000 dollar menjadi 1.000.000 dollar dalam waktu 3 bulan. Atau berhasil meluncurkan satu produk baru di pasaran dan mendapatkan pelanggan sebanyak 1,5 juta pelanggan dalam waktu 1 tahun, atau berhasil mengadakan pertandingan basket yang diikuti oleh 30 SMA se Kabupaten Musi Banyuasin, dll. Supaya si pembaca CV paham betul, skill dan pengetahuan apa yang kita punya di dalam pengalaman tersebut. Dan (3) jangan lupa mencantumkan tahun, ditulis dari yang paling up to date.

4. Skills
Dalam mencantumkan skill, sebaiknya dilegitimasi oleh lembaga yang bisa dipercaya. Misal kita mencantumkan skill Bahasa Inggris, itu harus kita jelaskan, misal nilai ITP kita 620 di keluarkan oleh ETS. Kita tidak bisa asal klaim, misal kemampuan Bahasa kita 80%, itu 80% menurut siapa ? standarnya apa ? kan 80% setiap orang berbeda-beda. Atau kemampuan Adobe Photoshop mahir, atau pakai grafik yang grafiknya hampir full. Itu diukur oleh siapa ? hal ini justru membuat CV kita menjadi kurang kuat dan self claimed.

Lalu untuk skill leadership dll perlu kita kategorikan disini ndak kak? Skill-skill yang tidak bisa dilegitimasi oleh lembaga yang terjamin kredibilitasnya tidak usah di list disini, tapi bisa tercermin dari pengalaman kerja kita misal, dari background pendidikan, dll. Jadi tidak usah ditulis secara literal dengan standar yang kita buat sendiri. Sebagai contoh ketika kita menulis di pengalaman bahw akita pernah menjadi ketua OSIS dan di poin outnya dijelaskan kita memimpin pengurus sebanyak 80 orang, disitu juga sudah terlihat kalau sebenernya kamu punya skill leadership, dll.

4. Awards


Penulisan award sama dengan penulisan experience dan education. Harus disesuikan dengan branding diri dan arah story telling kita. Misal kita ingin menggunakan CV yang kita tulis ini untuk melamar menjadi dosen di Fakultas Pertanian, namun award yang kita cantumkan adalah menang lomba nyanyi, menang lomba basket, ini akan menjadi tidak relevan dan fokus.

Kita pilih 3 awards yang paling relevan dan up to date dan cara penulisannya juga sama dengan penulisan experience, harus di poin out dan dijelaskan. Misal menang lomba riset pengolahan tanah secara organik, dijelaskan itu tahun kapan, ditingkat apa, siapa yang mengadakan lombanya, atau siapa yang memberikan awardnya, berapa pesaingnya, dll. Supaya si pembaca CV bisa meraba dan membayangkan kodnisinya, seberapa penting award yang kamu dapatkan ini.

4. References


Reference itu adalah orang yang mereferensikan/menjamin bahwa memang benar bahwa kita memiliki kualitas. Biasanya mereka adalah orang-orang yang siap dihubungi dan siap sedia untuk memberikan kita endorsement. Misal, kita hendak melamar beasiswa ke Universitas Tokyo, nah, dosen kita ketika S1 bersedia menjadi reference. Atau kita ingin mencari kerja, dan bos kita sebelumnya bersedia memberikan endorsement bahwa kita pernah bekerja bersama do’i dan performanya bagus, atau si bos ini ketika namanya kita sebut juga bisa membuat kita dengan mudah mendapat pekerjaan baru (selain dia bersedia endorse dan siap dihubungi), maka disini reference itu berfungsi.

Kalau saya biasanya melihat, kemana CV itu saya kirimkan, kalau membutuhkan reference maka saya cantumkan, jika tidak maka tidak saya cantumkan. Jangan lupa meminta izin dulu dengan orang yang memberikan reference dan pahamilah jika si pemberi reference ini adalah orang yang sibuk.

5. Carier Objectives
Karier objective itu semacam review singkat tentang diri kita, biasanya kita letakkan dibawah personal information. Disitu ditulis ketertarikan kita dimana. Namun saya pribadi tidak menyarankan untuk menulis ini karena 3 hal : (1) Kadang kita suka mengulang informasi yang sudah kita tuliskan didalam CV, seperti background pendidikan, pengalaman, dll. Menurut saya ini pemborosan. (2) Tapi kan ini menunjukkan kita ingin berkarier di bidang apa kak ? Jadi begini teman-teman, ketika kita mengirimkan CV ke HRD maupun lembaga lain, kita tidak akan mengirim CV tersebut ketengan, selembar CV saja. Namun akan dihantarkan oleh sebuah surat yang disebut dengan cover letter (nanti saya sertakan contohnya). Nah, di cover letter ini lah tempat kita menjelaskan secara detail interest kita, mengapa kita menginginkan pekerjaan tersebut, atau ingin bekerja di industri tersebut, dll. (3) Deskripsi yang kita buat oleh kita sendiri (untuk menjelaskan siapa kita) akan lebih cenderung self claimed dan subjektif.

Apakah semua komponen itu harus ada di dalam sebuah CV dan apakah urutan penulisannya harus seperti tadi?

Untuk komponen, yang disebutkan dan kita bahas tadi adalah standar umum, namun jika tidak ada ya tidak perlu dipaksakan. Misal kita tidak memiliki penghargaan sama sekali, ya tidak mengapa. Kita masih bisa menonjolkan pengalaman dan background pendidikan, atau sertifikat skill, dll.

Untuk urutan, yang pasti personal information paling atas dan reference paling bawah. Nah sisanya tidak ada pakem. Ada yang menonjol di pendidikan, dan pendidikan di tuliskan lebih dulu, ada yang di pengalaman kerja, ada yang di pengalaman organisasi, dll. Disesuaikan dengan story telling yang akan kita highlight juga kak.

Dalam menulis CV Sebaiknya kita pakai Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris?

Dua-duanya boleh, tapi harus konsisten. Kalau Bahasa Indonesia ya harus Bahasa Indonesia semua, kalau Inggris ya Inggris semua. Kalau dengan terpaksa ada istilah asing yang tidak bisa kita terjemahkan, bisa kita tulis miring.

Kedua, yang tidak kalah penting adalah cara bahasa atau cara penulisan yang jelas teman-teman. Misal ketika teman-teman menulis di bagian pengalaman. Teman-teman menulis pengalaman pernah menjadi ketua OSIS. Nah, di bagian poin out harus kita jelaskan OSIS itu apa (Organisasi Siswa di Sekolah yang dijalankan secara independen oleh siswa dan diisi dengan kegiatan-kegiatan kreatif- misal), karena tidak semua orang paham apa itu OSIS. Hati-hati dengan pembahasaan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh semua orang di planet ini, harus di jelaskan di bagian poin out’nya.

Ketiga, ketika menggunakan Bahasa Inggris pastikan teman-teman menggunakan bentuk past, karena apa yang kita tulis di CV ini sudah terjadi. Nanti saya lampirkan contoh kata-kata yang biasa dipakai dalam menulis CV.

Mana yang lebih baik kak, CV yang di design atau tidak?



Tergantung permintaan dan kita ada di industri apa. Kalau ada permintaan khusus untuk di design ya bisa di design, atau misal kita ada di industri kreatif yang menuntut design yang atraktif dan kreatif, ya di design. Namun secara umum, yang penting CV kita mudah di baca dalam waktu sepersekian menit, karena si pembaca CV kan tidak memiliki banyak waktu. Selama dia rapi, informatif dan fokus, itu sudah sangat baik.

Apakah perlu punya CV digital seperti di Linked In misalnya ?

Tentu saja perlu, karena Linked In adalah hub untuk pasar tenaga kerja online terbesar yang sekarang ada, teman-teman bisa input CV yang sudah teman-teman tulis ke Linked In, supaya terkoneksi dan mudah ditemukan. Banyak sekali job hunter yang berkeliaran di linked in.


Berikut daftar bisa kalian download pdf kosa kata dan contoh cover letter, dalam satu file meliputi (1.) Contoh template CV, (2.) Daftar kosa kata yang biasa dipakai di CV (Bahasa Inggris), dan (3) Contoh Cover Letter. Ini bukan dari saya ya teman-teman, saya dapet dari website Harvard.


Sekian. Semoga postingan ini bermanfaat.
Baca juga: Q n A - WHATSAPP SHARING: TRIK MENYUSUN CV

Sumber Gambar dan Materi: WAG GOGO X CANDRA - WhatsApp Sharing: Trik Menyusun CV (dan beragam kesalahan penyusunan CV) - yang diadakan oleh GoGoCourse Lampung.

Post a Comment for "TRIK MENYUSUN CURRICULUM VITAE"