Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

INI KISAHKU, BOY, DAN AYU

ini kisahku, Boy, dan Ayu - debipranata.com

Buku ini adalah hadiah dari seorang temanku Abdullah Boy Ratan yang akrab saya panggil Boy. Beliau orang Ambon. Dulu kami dipertemukan diacara Student Interfaith Peace Camp (SIPC) yang di adakan oleh Youth Interfaith Peace Community (YIPC) Indonesia di Parung, Bogor pada Mei 2018 silam.

Mohon ijin ya Boy. Kalau suatu saat kamu membaca tulisan ini. Semoga kamu berkenan saya kisahkan disini. Semoga bisa diambil hikmahnya oleh teman-teman pembaca.

Aku masih ingat betul, Boy waktu itu satu-satunya peserta yang datang paling terlambat karena ada trouble keberangkatan didaerahnya. Semasa Camp berjalan, biasa saja. Interaksi saya dengannya juga sama seperti interaksi dengan teman-teman dari daerah lainnya. Kami sama-sama delegasi muslim.

Setelah beberapa hari aku semakin tertarik dengan kepribadian beliau, punya sifat yang ramah, humble kepada semua orang. Dan yang paling penting Boy punya jiwa pembelajar yang aku anggap sip waktu itu. Bisa saya teladani. Nggak pernah dia terlihat sok tahu, justru sering kali Boy mengakui dengan gamblang ketidaktahuannya. Itu aku lihat salah satunya saat Boy menceritakan kepada kami semua teman seperbincangan soal ke'belum' bisaannya memesan ojek online pas tiba di Jakarta. Di daerahnya belum ada Ojek online waktu itu.

Waktu acara selesai, Boy membagi-bagikan kenang-kenangan yang dia bawa dari Ambon. Ada kain, souvenir dll. Sayapun begitu, saya membagikan kenang-kenangan yang saya bawa dari Lampung kepada rekan-rekan daerah lain. Sengaja kusisakan. Tidak kuhabiskan sekaligus. Waktu itu, saya nggak kebagian kenang-kenangan dari Boy. So sad :( wk

Akhirnya, tibalah masa sayonara. Waktunya kami pulang kehabitat masing-masing dengan membawa secercah ilmu tentang hidup damai antar umat beragama yang telah kami pelajari beberapa hari selama di camp.

Mungkin karena kurang pengalaman. Waktu itu, saya belum menyiapkan tiket pulang. Bahkan rencana saja belum. Ketika teman-teman lain riuh membicarakan "tiket pulang saya jam segini..." dst. Aku ditanya fasilitator geleng-geleng aja, dengan jawaban yang nggak pasti. Ntah kak belum tau.

Waktu itu penutupan sore. Habis ashar. Kebetulan ada Ayu - (nama lengkapnya Ayu Yulianti, dari Tasik Malaya Jawa Barat) pokoknya dia orang Sunda kalo ngga salah. Gaya ngomongnya itulo khas banget - sama Boy. Kami bertiga sama-sama "terlantar" dan belum punya tujuan. Atau Ayu sudah punya tiket dan jadwal berangkatnya masih besoknya. Ayu ini orangnya baik. Satu momen yang nggak pernah aku lupa pas dia ngasing Nasi bungkus, Apel, dan minuman gitu (susu kalo ngga salah) pas mau balik. dan itu sangat membantu saya buat sarapan yang nggak sempet beli karena dikejar-kejar waktu, takut ketinggalan bus. Hari sudah mulai gelap.

Qodarullah, ada salah satu Fasilitator YIPC yang tinggal di Jakarta menawarkan untuk menginap di tempat tinggalnya. Wah Alhamdulillah sekali. Kami senang. Di YIPC memang banyak orang-orang baik. - (Mbak Fatma namanya kata Ayu barusan aku chatt nanyain via WA).

Singkat cerita kami sampai dikediamannya. Ternyata beliau mbak scholarship hunter. Rumahnya biasa saja, khas diperkotaan yang padat penduduk. Sederhana, namun hangat di dalamnya. Dirumahnya banyak buku-buku, kamus-kamus belajar bahasa asing, dan buku-buku tentang Islam - dilantai 2.

Aku dan Boy disuruh tidur di lantai 2. Kami mandi dan beres-beres dulu. Setelah itu disuruh turun kebawah. Di bawah sudah disiapin makanan. Sate kalo ngga salahmenunya. Wah masyaaAllah benar-benar memuliakan tamu. kami makan sembari ngobrol bareng keluarga yang dirumah.

Selepas itu, Aku dan Boy langsung naik ke atas siap-siap istirahat karena malam sudah larut. Ayu tidur di lantai bawah bareng mbak Fatma sepertinya.

Tapi sayang sekali setelah kami riset tiket balik ke daerah masing-masing. Ternyata kami esoknya harus pagi-pagi ke stasiun/ terminal. Auto kebersamaan kami singkat.

Nah dimomen itulah, pas mau tidur aku manfaatin buat banyak kenal dan ngobrol sama Boy. Ternyata, beliau salah satu aktivis mahasiswa muslim juga dikampus. Yang kebetulan waktu itu aku juga tergabung di salah satu organasasi semacam rohis dikampus. Kami banyak ngobrol terkait Islam dikampus kami masing-masing, sampai seputar jejaring nasional organisasi yang kami ikuti.

Lanjut dari obrolan itu kau tau sebab Boy terlambat ditempat kegiatan. Sampai pada suatu titik aku terkagum dengan perjuangannya untuk mengikuti SIPC. Jadi malu pernah ngeluh ini itu pada diri sendiri saat proses dari Lampung sampai ke Bogor. Ternyata yang aku alami belum seberapa dibanding Boy.

Kegiatan funding Boy buat mencari dana sana sini untuk sampai di Bogor dari Ambon saja sudah terdengar melelahkan. Belum lagi lanjutan kisahnya.

Boy ternyata kena tipu sama agen penjualan tiket pesawat di Ambon. Detailnya aku agak lupa. Sehingga dia harus mereschedule jadwal terbang ke Jakarta. Tentunya Boy harus beli tiket ulang. Tiket yang harusnya dia pakai buat pulang, akhirnya dia pakai buat berangkat.

Katanya "udah aku nggak mau pusing mikirin yang enggak enak buat dipikirin, aku pakai saja tiket pulang buat berangkat. Asal sampai di Bogor dan ikut kegiatan".

Senekad itu? Ambon - Bogor itu jauh. Ya itulah perjuangannya buat ikut kegiatan.

Saya yakin seyakin - yakinnya, Boy dalam perjalannya ke Bogor dan balik lagi ke Ambon mendapatkan pelajaran yang sangat luar biasa hebat. Pelajaran-pelajaran tersirat yang ia pelajari saat proses demi proses dijalaninya dengan sabar.

Nah dimalam itulah Boy ngasih saya buku ini "Deb, ini buat kamu. Baca ya. Kenalan dulu sama Ambon. Kapan-kapan kalo sempat mainlah ke Ambon".

Aku terharu waktu itu, aku inget pikiran "kok aku nggak dikasih apa-apa sama Boy pas momen pisah di tempat acara. Serasa dapat undangan dari orang Ambon asli buat dateng ke Ambon.

Nggak hanya itu Boy juga ngasih buku saku kecil kamus indonesia - arab - inggris. Secara tersirat dia ngasih pesan, belajar sungguh-sungguh dimanapun kamu berada, supaya kamu bisa dapetin apa yang kamu mau lewat bahasa.

Paginya, kami harus berpamitan dengan tuan rumah pagi-pagi sekali. Saya tidak akan pernah melupakan jasa orang-orang baik yang telah menolong saya. Azamku dalam hati. Saya harus berbuat baik kepada siapapun yang saya temui. Itung-itung balas budi atas apa yang dilakukan banyak orang-orang baik kepada saya. Terimakasih, Terimakasih, Terimakasih. Mbak Fatma dan keluarga semoga dilimpahkan hidup berkah dunia dan akhirat.

Paginya.

Alhasil kami (Aku dan Ayu) tau dan Boy mau terbuka kalo sudah tidak ada uang lagi buat balik ke Ambon.

Rencana dia mau transit dulu, menginap ditempat kawannya yang di Jogja sambil menunggu kiriman uang biar bisa balik ke Ambon. Itupun setelah kami tanya "Jadi Boy nanti balik ke Ambon mau naik pesawat lagi?".

"Enggak. Enggak cukup uangnya. Naik kapal laut saja yang murah."

Kami tanya lagi "Kalo naik kapal berapa jam lamanya?".

"Sekitar 6 sampai 7 hari?"

Sontak Aku dan Ayu kaget. Selama itu... Ya Rabbi alangkah besar perjungan dan energi yang dikeluarkan Boy untuk ikut acara itu.

Akhirnya kami saling menguatkan satu sama lain. Saling support dan saling memberi semangat. Waktu itu kami merasa senasib sepenanggungan. 

Kami harus terpisah, saya harus balik ke Lampung naik mobil DAMRI di terminal deket monas Jakarta pusat. Ayu dan Boy ke stasiun masing-masing. Karena mereka naik kereta seingatku.


Itulah kisahku bareng Boy dan Ayu.
Sesekali kami masih komunikasi sampai saat ini. Menanyakan kabar atau sekedar nostalgia masa-masa kami bareng dulu.

Pertemuan singkat tapi mampu memberi pelajaran dan dampak hebat. Aku akui itu.

Terimakasih Boy, Terimakasih Ayu. Semoga suatu saat kita bisa ketemu lagi dalam keadaan baik. Kebetulan kami seumuran. Jadi nyambung kalo ngobrol.

Buat Boy. Udah dua Tahun buku ini ada ditanganku. Tapi maaf aku belum sempat selesai membacanya secara penuh buku setebal 696 ini saat tulisan kubuat. Baru aku baca sebagian part-part nya.

Tapi insyaaAllah aku bakal nuntasin baca buku ini Boy. Dan tentunya InsyaaAllah setelah itu bakal memenuhi undanganmu buat dateng ke Ambon. Saya pengen juga kesana. Sampai tulisan ini dibuat saya belum pernah kesana.

Sorry, saya cerita ini belum ijin ke kalian dulu. Yu, Boy. Semoga kalian berkenan ya.

Aku hanya ingin mengabadikan disini tentang kebersamaan kita dulu.

Akhirnya saya berpesan kepada pembaca "ikut suatu kegiatan itu nggak sebatas, jalan-jalan, poto-poto, seneng-seneng (yang kalian lihat), dan lain-lain yang serba enak. Banyak hal engga enak yang ngga kami publikasikan. Tidak sebatas mendapat ilmu dan pengalaman lalu sudah, tapi semakin banyak kegiatan/event yang saya ikuti, saya semakin punya banyak kewajiban buat sharing apa yang sudah saya dapatkan itu."

Terimakasih sudah sudi membaca tulisan semoga ada manfaat yang bisa diambil. Oiya tentang SIPC, saya sudah penah buat tulisan sebelumnya. teman-teman silahkan baca tulisan MERAYAKAN KEBERAGAMAN DALAM ACARA SIPC MEI 2018.

Mesuji, 9 Juli 2020

Post a Comment for "INI KISAHKU, BOY, DAN AYU"