Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CERITA LUCU UJIAN SEMESTER

CERITA LUCU UJIAN SEMESTER
Hari ini adalah kali pertama saya menjadi pengawas ujian semester genap di SMAN 1 Mesuji Timur. Sekarang ngawas, padahal aku 5 tahun yang lalu masih duduk dikursi kurai berwarna orange kehitaman yang penuh dengan coretan itu diawasin oleh bapak ibu guru.

Inilah sang waktu, berputar tanpa permisi dan memaksa menambah atau mengganti peran kiprah manusia yang ada dibumi.

Kembali kesekolah sendiri dengan posisi yang berbeda itu menghadirkan kesan sendiri yang susah diungkapkan dengan kata. Semoga benar apa kata orang-orang, kalau alumni yang balik kandang semangat dan daya juangnya untuk membangun bisa dibanggakan.

Ini kali pertama aku memberikan nilai raport kepada murid-muridku, nilai yang nanti juga bakal dimintai pertanggungjawabannya diakhirat kelak, atas dasar apa aku memberi nilai dan lain sebagainya pertanyaan dasar yang harus bisa dijawab dengan sempurna.

Aku tak pernah bercita menjadi seorang pendidik yang ditakuti oleh murid-muridnya. Setiap hari aku selalu belajar dan membesarkan hati untuk menjadi seorang pendidik yang dicintai anak muridnya.
Aku juga tak bercita diagungkan atau dihormati karena kedudukan sebagai seorang pendidik, cukuplah penghormatan yang diberi sebagai wujud watak pribadi tanda kematangan diri seorang siswa.

Ujian semester dibarengi dengan puasa ramadhan, jadi tepat momennya kalau berbuat yang baik-baik termasuk tidak melihat/bertanya jawaban teman atau mencari jawaban selain dari otak masing-masing.

Diawal kelas saya membuat kesepakatan kepada semua peserta ujian, bahwa mencontek itu hal yang tidak baik. Dan saya tegaskan dengan mereka saya ingin sekali membantu mereka untuk tidak melakukan hal yang tidak baik. Saya minta semua tas dikumpul didepan dan semua handphone dikumpul dimeja guru.

Beberapa anak menggrundel dengan gayanya masing-masing. Saya berikan senyum terbaik. Saya melakukan ini untuk kebaikan kalian. Kalian harus jadi orang-orang yang jujur dan bertanggung jawab kelak.

Dijam pertama ujian berjalan dengan lancar, ya berbagai model siswa dalam mengerjakan ujian kutemui. Ada yang model kilat, santai tapi pasti, tengok sana sini, dan lain-lain. Tak lain semua mereka lakukan untuk mencapai kesuksesan diri, yang kadang cara yang mereka lakukan kurang tepat.

Bel masuk berbunyi, diruang kedua saya perlakukan sama dengan ruang pertama. Ujian berjalan dengan lancar dan khidmat. Konsentrasi dan fokusku pecah saat ada anak kelas X yang telah selesai mengerjakan ujian mengumpulkan naskah dan LJK kedepan kelas.

Dengan gusar dia baru saja menyadari kalau soal yang dikerjakan adalah soal kelas XI. (kok bisa...? Teriakku dalam hati) ya bisa aja. Semua bisa terjadi.
Ah suanana benar2 "krik" pokoknya.

Dengan segala penuh kesadaran saya menyalahkan diri sendiri, karena mutlak saat pembagian soal saya yang membaginya. Tanpa menyalahkannya kenapa tidak diperiksa dulu atau apalah.

Lalu sebagai bentuk pertanggungjawaban saya tunggu dengan sabar dan tenang anak tersebut mengerjakan ujian. Hanya seorang diri. Soal berjumlah 50 butir dan baru mulai mengerjakan disaat ruangan sudah kosong.

Dia duduk paling belakang pojok kiri, tapi saya bersyukur, yang tampak, saat dia mengerjakan, terlihat penuh semangat dan ceria juga sungguh-sungguh. Tanpa ada kekesalan atau apapun.
Sebut saja anak itu Muhammad Fikri Maula kelas X.MIA 2019
Ada aja...

Semoga kisah ini bisa kita ambil pelajaran untuk hidup kita kedepan.